Berpikir positif dan pro-aktif pada setiap informasi menjadi modal utama dalam menjalankan kegiatan di Tumpi Readhouse. Begitu juga dengan terselenggaranya program Bioskop Remaja 1208 yang memutar 10 video inspiratif di 64 titik di 22 provinsi beberapa waktu lalu. Berawal dari informasi yang tersebar di jejaring sosial, Tumpi Readhouse berusaha merespons kegiatan tersebut dengan melakukan pendaftaran untuk terlibat sebagai sahabat pemutaran.

Dalam keterbatasan, Tumpi justru menemukan banyak hal-hal menakjubkan. sahabat Tumpi di Karang, Pentur, Simo, Boyolali bersemangat untuk terlibat dalam agenda besar Hari Remaja Internasional. Remaja yang tergabung dalam Karang Taruna bersama-sama menyiapkan dan mendukung keberlangsungan acara. Dari persiapan tempat, Tv dan speaker pinjaman, hidangan buka puasa, hingga kekompakan memasang foto profil Jalan Remaja 1208.

Jalan Remaja 1208 di Tumpi Readhouse berjalan lancar dengan dihadiri 98 penonton. Penonton berasal dari Solo Mengajar, JCI Solo, Jogjanimation, Mahasiswa FKIP Biologi UNS, dan sahabat Tumpi dari beberapa kota seperti Semarang, Jogja, Solo, Boyolali, Karanganyar, Sukoharjo, Ponorogo.

Review-Bioskop-Remaja-2012
Kegiatan Bioskop Remaja 2012

Keseluruhan peserta mengikuti rangkaian acara dari awal hingga akhir. Acara diawali dengan “Jamstrip Artwork” dipandu kak Mujiyono, seorang komikus dari Solo. Hasil dari Jamstrip ini akan dicetak menjadi postcard dan dikirimkan ke seluruh remaja Indonesia.

Anak-anak, remaja hingga orang tua dalam Jamstrip Artwork bersama-sama menuangkan ide dan gagasan dalam bentuk visual. Rifki, seorang anak laki-laki berusia tiga tahun menggambar dua orang manusia yang sedang tersenyum. Di sebelah dua orang tersebut ada sebuah pohon. Dan didepannya terdapat sebuah mobil. Ketika Rifki mempresentasikan hasil karyanya, dia bercerita tentang dirinya dan ayahnya jalan-jalan menuju taman mengndarai mobil. Untuk keberanian Rifki dalam mempresentasikan hasil karyanya, Rifki berhak mendapat hadiah berupa buku dan bolpoin.

Usai Jamstrip komik, sahabat Tumpi menyaksikan 10 video komunitas yang dibagi menjadi dua ruang. Ruang pemutaran berada di dua titik, didalam rumah menggunakan LCD proyektor dan diluar dengan menggunakan dua TV.

Diskusi dimulai pada pukul 16.30 WIB. 30 pasang mata turut terliat dalam diskusi yang terbuka dan intim. Joko, seorang remaja SMA terkesan dengan video “Ada Apa Kitorang Pu Sekolah”. Menurutnya tidak pantas jika akademisi sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan justru melakukan diskriminasi. Setiap siswa mendapatkan hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Pengkotak-kotakan antara pribumi dan pendatang hanya semakin memperlebar jurang perbedaan.

Sependapat dengan Joko, Ariani-remaja SMP menyayangkan kebijakan sekolah yang membedakan kelas pribumi dan pendatang. Dia merasa cukup beruntung tidak mendapat perlakuan yang diskriminatif. Dia berharap tidak ada diskriminasi terhadap teman-temannya di Papua. Demi masa depan Indonesia.

Berbeda dengan Joko dan Ariani, Eko-pemuda Karang terkesan dengan video “Permainanku-Budayaku”. Ia juga merasakan keresahan remaja yang merindukan masa kecilnya bermain Jaran Kepang. Dia berharap, budaya yang masih ada saat ini bisa dilestarikan bersama-sama. Tidak perlu malu. Masa depan bangsa ada di tangan pemuda. Pemuda harus bergerak untuk tetap mempertahankan warisan nenek moyang.

Wahyono Jais, pengelola Tumpi Readhouse menjadi begitu bersemangat. Dia ingin melakukan hal yang sama dengan teman-teman yang terlibat dalam Video Diary. Berawal dari menonton, iapun juga ingin membuat video diary. Menurutnya video diary merupakan video yang sederhana namun mampu berbicara banyak. Ternyata hal-hal yang kecil dan sederhana bisa menjadi sesuatu ketika dilihat dengan jeli. Sore itu, puluhan remaja sepakat. Bahwa remaja tak bisa hanya diam.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.