Berada di tengah-tengah kampung Dukuh Karang, rumah mungil yang terbuat dari kayu dan bambu ini dibuat sekitar 25 tahun yang lalu (sekitar tahun 1987). Sejak tahun 1992 rumah ini difungsikan sebagai dapur oleh keluarga Sutarno, sedangkan rumah utamanya telah dibangun disebelahnya.
Pada tahun 2008 telah muncul sebuah gagasan untuk memanfaatkan rumah tersebut sebagai ruang interaksi dan belajar bersama dalam bentuk perpustakaan. Kegiatan pengumpulan buku sempat dilakukan oleh empat pemuda yakni Basuki, Widodo, Joko Narimo dan Wahyono, namun karena masih terlalu banyak kendala, perpustakaan yang telah diberi nama TUMPI readhouse ini terhenti.
Nama Tumpi (ruas bambu) dipilih karena di daerah ini sebagian besar warganya berpenghasilan sebagai pengrajin bambu, mulai dari besek, kepang, tampah, kipas dan lain sebagainya. Sebagai orang jawa nama Tumpi juga sering disebut Ros atauRoso/rasa, maka tak heran sebagian orang yang sampai saat ini bergelut pada spiritual jawa berburu Pring ketemu rose (bambu yang bertemu ruasnya) yang memiliki makna bertemunya rasa dan pikiran. Pada ruas bambu tunas-tunas bisa tumbuh, kami semua berharap di TUMPI readhause akan semakin banyak tumbuh tunas-tunas muda yang cerdas dan mampu mengembangkan potensinya untuk lingkungan sekitarnya.
Meski sempat terhenti selama sekitar tiga tahun, TUMPI readhouse harus tetap berdiri. Oleh karena itu sejak bulan Mei 2012 dimana nuansa hari pendidikan nasional masih terasa, kawan-kawan yang tergabung dalam TUMPI readhouse berkomitmen untuk kembali meneruskan perjuangannya dalam merintis rumah baca tersebut.
Agenda awal yang dilakukan sampai bulan Agustus 2012 diantaranya melakukan perbaikan rumah dan penyediaan materi perpustakaan seperti buku dan film pendidikan. Setelah kedua kegiatan tersebut terlaksana selanjutnya mengadakan kegiatan-kegiatan yang dapat menarik sebanyak mungkin orang agar berkunjung ke perpustakaan untuk membaca. Adapun rencana program yang dilakukan diantaranya berupa pemutaran film, pelatihan penulisan, pelatihan membuat film edukasi dan pelatihan wiraswasta pada anak muda.
Alon-alon waton kelakon (pelan-pelan yang penting terlaksana), dengan segala keterbatasan yang ada, semangat untuk belajar dan mengubah keadaan menjadi lebih baik tidak pernah surut. Untuk itulah TUMPI readhouse ditargetkan 27 Juni 2012 sudah bisa beroperasi. Mari Berjuang…!!! Semoga bermanfaat 🙂