Halo para pembelajar, sudahkah kalian berkunjung ke perpustakaan hari ini? Berapa kali dalam semingu ini kamu berkunjung? Sekali? atau tidak sama sekali?

Perpustakaan, bagi kebanyakan orang memang bukanlah sesuatu yang penting dan menarik untuk dikunjungi. Tempat yang terkesan formal dan tumpukan ribuan buku yang tebal, terkadang membuat malas untuh datang mencari berbagai informasi, enggan untuk menjamahnya, bahkan beberapa orang malah alergi.

Inilah realitas yang terjadi di Indonesia kini, rendahnya budaya baca menyebabkan perpustakaan hanya menjadi tempat rujukan saat mengerjakan tugas sekolah maupun kuliah. Diluar itu, perpustakaan tak ubahnya seperti museum buku yang terkadang sering kali jadi rumah hantu.

Memang tidak semua perpustakaan seperti itu, namun dengan sedikitnya jumlah perpustakaan yang ada, membaca belum bisa menjadi budaya, di banyak daerah akses buku lebih sulit, anak-anak juga tak terbiasa membuka dan membaca buku.

Minat baca masyarakat

Jika berbicara tentang minat baca masyarakat di Indonesia, ternyata hingga saat ini masih tergolong memperihatinkan, hal ini berdasarkan hasil studi Most Littered Nation In the World 2016 yang dirilis pada 9 Maret 2016 lalu.

Dalam survey tersebut, saat ini minat baca masyarakat Indonesia bisa dibilang sangat rendah, menduduki peringkat 60 dari 61 negara.

Inilah daftar peringkat minat baca di 61 negara di dunia :

peringkat-negara-literasi-gemar membaca
Peringkat gemar membaca di berbagai negara

Minimnya minat baca dan budaya literasi saat ini, sudah semakin terasa dampaknya. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya orang yang semakin mudah percaya informasi hoax, sentimen SARA, ikut menebar kebohongan, maupun merawat kebencian tanpa data dan fakta yang memadai.

Media sosial saat ini menjadi satu-satunya alat komunikasi yang cukup efektif dan efisien. Semua informasi tumpah ruah dalam genggaman, apapun isinya. Perkembangan teknologi informasi yang menggembirakan ini jika tidak dimanfaatkan dengan baik dan diimbangi dengan ilmu pengetahuan yang baik, justru bisa menjadi petaka bagi banyak orang.

Jenis dan Fungsi Perpustakaan

Bicara pendidikan sebenarnya bukan hanya tentang sekolah formal. Pendidikan keluarga dan pendidikan masyarakat justru menjadi fondasi terpenting untuk bisa membentuk karakter generasi.

Perpustakaan sebagai salah satu sarana untuk belajar, menjadi penting bahkan WAJIB untuk diselenggarakan di setiap sudut negeri ini, apapun jenis perpustakaannya.

Secara umum, ada banyak jenis perpustakaan yang ada saat ini. Mulai dari perpustakaan pribadi/keluarga, perpustakaan umum, perpustakaan khusus, perpustakaan sekolah, perpustakaan Perguruan Tinggi, perpustakaan daerah, Perpustakaan Nasional, dan lainnya.

Jika ditilik dari jenis koleksi, bisa dibedakan menjadi dua yaitu perpustakaan digital (hanya menyediakan koleksi digital dan dapat diakses secara online) dan perpustakaan Hibrida (menyediakan koleksi cetak dan digital)

Untuk apa perpustakaan? Ini fungsinya :

  1. Fungsi penyimpanan, yakni sebagai tempat untuk menyimpan berbagai koleksi bahan baca, baik berupa buku, ebook, majalah, film, audio, alat bermain edukatif, maupun media belajar lainnya.
  2. Fungsi informasi, artinya tempat ini bisa menjadi sumber informasi untuk keluarga maupun masyarakat.
  3. Fungsi pendidikan, tak hanya di sekolah, perpustakaan juga bisa menjadi tempat yang menyenangkan untuk kegiatan belajar-mengajar.
  4. Fungsi rekreasi, Buku adalah jendela dunia, dengan buku Kamu bisa mendapatkan beragam pengalaman baru lewat membaca. Rekreasi dengan membaca novel, cerita rakyat, puisi, menonton film, dan sebagainya, akan mampu membuka cakarawala pengetahuan kita.
  5. Fungsi kultural, Perpustakaan bisa menjadi ajang apresiasi dan mengembangkan seni budaya melalui berbagai aktifitas pameran seni, pertunjukan, bedah buku, mendongeng, dan sebagainya.

Merintis Perpustakaan

Siapapun bisa membuat perpustakaan, baik dalam bentuk perpustakaan pribadi/keluarga maupun perpustakaan umum. Perpustakaan pribadi/keluarga jelas hanya bisa diakses oleh anggota keluarga, jika perpustakaan umum siapapun bisa mengakses dan membaca koleksi yang ada.

Semakin banyak orang yang mau meluangkan waktunya untuk membuat perpustakaan, niscaya buku bisa menjadi semacam “menu makanan siap saji”. Mulai dari anak-anak sampai orang tua bisa mengakses buku semudah mereka mau mengambil baju.

Yahhh, daripada terlalu banyak kata pengatar, langsung saja.

Berikut ini 13 langkah merintis perpustakaan :

1. Membuat Nama dan Logo

Membuat nama dan logo

Segala sesuatu tergantung dari niat. Jika kamu berniat bikin perpustakaan, langkah pertama yang paling mudah dan murah adalah membuat nama.

Buatlah nama yang unik, pendek, mudah diingat dan mampu memunculkan kesan bagi siapapun yang mengenalnya.

Untuk menjelaskan nama yang sudah dibuat, kamu bisa memakai kata perpustakaan, rumah baca, taman baca, rumah buku, atau apapun. Misalnya nama KEPO, bisa ditambahkan “Rumah Baca KEPO”.

Setelah nama dibuat, perkuat nama tersebut dengan identitas visual yang mudah dikenal. Buatlah logo yang mampu menarik perhatian. Dengan logo inilah identitas bisa semakin jelas, bisa dijadikan papan nama, stempel, DP Media Sosial, dan media promosi lainnya.

Untuk menemukan nama dan logo terbaik, buatlah berbagai alternatif pilihan. Jangan tergesa-gesa memutuskan, karena nama dan logo bisa jadi adalah bentuk dari sebuah doa dan harapan.

2. Tentukan Segmen Pembaca

Ada beberapa cara untuk menentukan segmen pembaca perpustakaan. Segmen pembaca ini bisa dibedakan berdasar geografis, demografis, maupun psikografis.

Jika dilihat dari letak geografis, setiap daerah memiliki potensi pembaca yang berbeda-beda. Masyarakat di pesisir pantai tentu akan berbeda kebutuhan bahan bacanya dengan masyarakat pegunungan, masyarakat desa tentu memiliki kebutuhan informasi yang berbeda dengan masyarakat kota, dan lain sebagainya. Sesuaikan saja jenis koleksi bacaan yang terkait dengan daerah yang akan didirikan perpustakaan.

Menentukan segmen pembaca berdasar demografis berarti calon pembaca bisa ditentukan berdasar jenis kelamin, usia, tingkat ekonomi, maupun tingkat pendidikan warganya. Jika Kamu ingin membuat perpustakaan untuk anak, maka kebutuhan bahan bacaan akan didominasi oleh buku-buku anak, desain lingkungannya-pun juga harus ramah anak. Kamupun juga bisa memilih salah satu segmen untuk ibu rumah tangga, untuk masyarakat miskin saja, ataupun memilih segmen remaja.

Segmentasi pembaca secara geografis berarti menentukan jenis koleksi perpustakaan berdasarkan perilaku, gaya hidup, maupun persepsi calon pembaca. Bisa saja kamu membuat perpustakaan yang fokus pada bahan baca tema seni budaya, atau membuat perpustakaan bagi pecinta kopi, atau yang lainnya.

Adapun manfaat membuat perpustakaan berdasarkan segmentasi pembaca ini adalah proses mengembangkannya bisa lebih efektif, memiliki ciri khas, dan bisa fokus pada satu sasaran potensial.

3. Beri Tahu Orang terdekat

Punya ide dan rencana yang baik, jangan dipikir sendiri. Bicaralah dengan orang-orang terdekat terkait dengan rencana yang akan direalisasikan. Masukan, kritik, saran, dan dukungan selalu dibutuhkan untuk tercapainya sebuah rencana membuat perpustakaan.

Memang, tak semua orang akan mendukung dan merespon dengan baik apa yang direncanakan. Meski demikian, dengan menceritakan semua rencana kepada semakin banyak orang berarti Kamu telah melakukan promosi dari mulut-ke-mulut.

Mensikapi mereka yang tidak setuju maupun mencibir rencanamu? Cuekin saja.., Cuek is The Best..!

4. Libatkan Orang Lain

Setelah curhat dengan beberapa orang, libatkan mereka yang antusias dengan rencana tersebut.

Meski Kamu bisa merealisasikan rencana itu sendirian, namun bersama orang lain beban tanggung jawab bisa lebih ringan. Ingat, untuk saat ini sudah tidak ada Superman ataupun Supergirl, yang ada adalah SuperTeam.

Meyakinkan orang lain untuk mau terlibat di kerja sosial memang tidak mudah, untuk itu persiapkan berbagai alasan yang kuat dan logis kenapa mereka harus bergabung.

Pada dasarnya, orang mau menjadi satu tim adalah soal kepentingan, cobalah mengakomodir kepentingan maupun gagasan-gagasan mereka terhadap apa yang akan Kamu rencanakan. Selama masih satu visi, jangan enggan untuk merekrut mereka.

Buat rencana kerja dengan mereka, catat semua sarana dan prasarana yang dibutuhkan, buat target apa/kapan harus dicapai, dan buatlah rencana alternatif apabila rencana awal tidak berjalan dengan baik.

5. Buat Akun Media Sosial

Membuat akun media sosial dengan nama perpustakaan sebenarnya adalah “janji” yang tak terucap atau sebuah komitmen untuk mempertanggungjawabkan ide yang akan direalisasikan.

Niat sudah ada, nama dan logo sudah ada, dukungan dari orang terdekat ada, langsung saja buat akun email dan media sosial untuk menggalang dukungan banyak pihak sekaligus mempromosikan perpustakaan.

Akun sosial media yang wajib dibuat adalah akun Facebook (fanpage), Twitter, dan Instagram. Jangan lupa bikin blog.

Percayalah, di luar sana, masih banyak orang baik yang sangat peduli dengan niat baik.

6. Siapkan Tempat

Tempat untuk perpustakaan bisa dimana saja, bisa bangunan yang berdiri sendiri maupun menyisihkan salah satu ruang di rumah pribadi. Syarat utama ruang ini adalah aman untuk menyimpan buku.

Untuk urusan membaca bisa dimana saja, bahkan diluar rumah pun tidak masalah.

Ruang penyimpan buku yang aman dan nyaman adalah yang bersih, cukup cahaya, tidak lembab, dan dapat diakses dengan mudah.

Jika perpustakaan berada di rumah pribadi dan dirancang untuk perpustakaan publik, usahakan mendapatkan persetujuan dari seluruh anggota keluarga. Maklum, ruang privat akan berubah menjadi ruang publik.

Jangan lupa membuat semacam papan nama sebagai penanda bahwa tempat tersebut adalah perpustakaan. Upayakan logo yang telah dibuat mudah terlihat.

7. Kumpulkan Buku

Setelah tempat sudah siap, langkah selanjutnya adalah mengumpulkan buku. Buku bisa dari koleksi pribadi maupun sumbangan dari orang-orang terdekat yang sebelumnya diajak curhat.

Jangan malu untuk “mengemis” buku melalui media sosial. Ada banyak orang yang sebenarnya dirumahnya punya koleksi buku yang tak terpakai. Daripada dijual kiloan, mending diminta saja untuk menambah koleksi.

Mendapatkan bahan baca selain dari koleksi pribadi, orang terdekat, dan kawan-kawan di media sosial, Kamu juga bisa mengajukan hibah buku dari program Tali Integritas KPK, donasi buku kemendikbud, maupun hibah buku dari perpustakaan daerah dan PerpusNas. Sedangkan beberapa komunitas pegiat literasi yang secara rutin menyumbang buku misalnya 1001buku,  pustakabergerak.id. Kamu juga bisa mendapatkan buku-buku untuk perpustakaan dari para penerbit dan toko buku. Jangan enggan mengajukan permohonan buku pada perusahaan-perusahaan tersebut untuk perpustakaan.

Buku-buku di perpustakaan tak harus semua menjadi hak milik. Kamupun bisa meminjam koleksi buku dari Perpustakaan Daerah Kabupaten/Kota dimana kamu tinggal dalam jumlah tertentu. Selain itu, Kamu juga bisa membuka peluang bagi teman-temanmu untuk menitipkan buku mereka di perpustakaanmu.

8. Klasifikasi dan Katalogisasi Buku

Klasifikasi merupakan proses memilih dan mengelompokkan buku di perpustakaan berdasarkan tema tertentu. Dengan adanya klasifikasi ini pengunjung akan lebih mudah, cepat dan tepat dalam mendapatkan buku yang ingin mereka baca.

Ada banyak sistem klasifikasi yang bisa digunakan untuk mengelompokkan buku, diantaranya adalah sistem Library Congress Classification (LCC), Universal Decimal Classification (UDC), Dewey Decimal Classification (DDC), National Technical Information Services (NTIS), dan lainnya.

Perpustakaan yang ada di Indonesia kebanyakan menggunakan sitem DDC.

Dewey Decimal Classification (disingkat DDC) adalah hasil karya Melvil Dewey (1851 -1931). DDC membagi ilmu pengetahuan menjadi 10 klas utama. Masing-masing kelas utama di bagi menjadi 10 divisi, dan masing-masing divisi di bagi menjadi 10 seksi, sehingga DDC mempunyai 10 kelas utama, 100 divisi dan 1000 seksi (Rahayuningsih, 2007:52).

10 kelompok kelas utama sistem DDC :

000 – 099 Karya umum
100 – 199 Filsafat
200 – 299 Agama
300 – 399 Ilmu Sosial
400 – 499 Bahasa
500 – 599 Ilmu pengetahuan murni
600 – 699 Ilmu pengetahuan terapan/teknologi
700 – 799 Seni, olahraga, hiburan
800 – 899 Kesusasteraan
900 – 999 Biografi ilmu bumi, sejarah

Sebagai panduan untuk klasifikasi buku menggunakan sistem DDC, Kamu bisa download di e-DDC

Setelah proses klasifikasi buku sudah dilakukan, proses selanjutnya adalah membuat label yang ditempel pada punggung buku, membuat kartu buku dan katalog.

Katalogisasi merupakan proses kegiatan pembuatan katalog. Katalog adalah daftar bahan pustaka yang dikoleksi oleh perpustakaan yang merupakan wakil bahan pustaka dan disusun secara sistematis.

Katalog konvensional membutuhkan loker/rak katalog yang juga membutuhkan banyak tempat, namun saat ini Kamu bisa membuat katalog digital menggunakan Senayan Library Management System (SLiMS) di komputer. Bisa digunakan secara offline maupun online.

Contoh penerapan SLIMS Onlinepada perpustakaan desa.

9. Sarana Administrasi

Setelah buku diklasifikasi dan dikatalogisasi secara digital,  langkah selanjutnya adalah membuat berbagai kebutuhan administrasi perpustakaan diantaranya adalah :

  1. Stempel
  2. Kop Surat dan Amplop
  3. Kartu anggota
  4. Kartu buku
  5. Kartu slip kembali
  6. Katalog
  7. Formulir anggota baru
  8. Pesanan buku
  9. Buku induk
  10. Buku kunjungan/tamu
  11. Grafik laporan bulanan/tahunan
  12. Buku laporan keuangan
  13. Laporan pengunjung
  14. Laporan peminjaman
  15. Rekapitulasi peminjaman buku
  16. Administrasi perawatan

Beberapa buku yang digunakan untuk administrasi perpustakaan tersebut sebenarnya sudah ada dalam sistem SLIMS. Kamu bisa mencetaknya ataupun cukup menggunakan data digital didalam sistem tersebut.

10. Perlengkapan Perpustakaan

Setelah semua buku sudah diklasifikasi, langkah selanjutnya adalah menyiapkan berbagai perlengkapan yang dibutuhkan. Beberapa perlengkapan tersebut minimal Rak buku, meja, kursi baca, penyejuk ruangan (jika perlu), loker tas, dan komputer/laptop untuk administrasi. Kalau komputer/laptop belum ada semua kebutuhan administrasi bisa menggunakan buku.

Ada banyak jenis Rak Buku yang bisa digunakan. Untuk awal merintis perpustakaan Kamu bisa menggunakan rak tempel. Jika mmpunyai anggaran yang cukup, kamu bisa membeli rak besi maupun kayu yang lebih kokoh. Semua tergantung selera.

11. Bikin Program

Salah satu tujuan diselenggarakannya perpustakaan adalah untuk menumbuhkan minat baca masyarakat. Untuk menarik mereka untuk datang, salah satunya adalah dengan membuat program yang terkait dengan aktivitas target pembaca. Program bisa diselenggarakan secara reguler maupun eventual.

Jika perpustakaan target pembacanya anak-anak, maka buatlah program-program yang terkait dengan dunia anak, misalnya menggambar bersama, lomba melukis, mendongeng, belajar menari, jarimatika, outbond untuk anak, belajar komputer dasar, Festival dolanan bocah, dan lain sebagainya.

Jika perpustakaan target pembacanya adalah remaja, kamu bisa menyelenggarakan pelatihan fotografi, menulis esay, pertanian organik, workshop videografi, belajar ngeblog, dan lain sebagainya.

Buatlah kelompok belajar diperpustakaan, siapapun target pembacanya. Dengan adanya kelompok belajar maka orang-orang sekitar bisa terlibat secara kontinyu di perpustakaan.

Libatkan organisasi maupun komunitas di sekitar untuk menyelenggarakan kegiatannya di perpustakaan. Karang Taruna, Ibu-ibu PKK, kelompok tani, komunitas pedagang, atau yang lainnya bisa diajak duduk bersama membahas berbagai hal untuk kemajuan bersama.

12. Promosi

Bagi perpustakaan, buku dan semua program yang diselenggarakan bisa diibaratkan sebagai produk. Untuk bisa “menjual” produk tersebut maka dibutuhkan promosi.

Beberapa tujuan promosi diantaranya adalah menyebarkan informasi koleksi dan program perpustakaan kepada target pembaca potensial, untuk meningkatkan kunjungan, untuk mendapatkan pemustaka baru, membangun loyalitas, membentuk citra perpustakaan, dan membangun persepsi masyarakat tentang perpustakaan yang lebih baik.

Ada banyak media yang bisa digunakan untuk promosi. Bisa melalui media sosial, membuat website/blog sendiri, membuat poster, spanduk, kartu nama, press release kegiatan di koran, maupun melalui media elektronik seperti radio dan televisi.

13. Cari Dukungan dan Sumber dana

Masalah klasik yang selalu dihadapi oleh perpustakaan adalah sumber dana yang digunakan untuk operasional dan kegiatan perpus sehari-hari.

Beberapa sumber dana yang bisa diakses diaantaranya adalah :

Dana Pribadi

Sedikit atau banyak, bagi Kamu yang punya keinginan membuat perpustakaan bisa dipastikan akan mengeluarkan uang dari kantong pribadi. Dana dari pribadi ini biasanya digunakan untuk operasional perintisan maupun pembelian koleksi buku. Apalagi bentuknya perpustakaan pribadi/keluarga, maka kamulah yang akan menanggung semua biaya yang akan dikeluarkan.

Swadaya Masyarakat

Jika perpustakaan umum yang dibuat, maka kamu memiliki peluang untuk mendapatkan dana dari swadaya masyarakat. Sampaikan keluh kesahmu pada tokoh masyarakat maupun para pemangku kepentingan di daerahmu. Apabila mereka merespon positif akan rencanamu, biasanya masyarakat tak akan enggan untuk iuran.

Pemerintah

Pemerintah Desa/Kelurahan memiliki kewajiban untuk mengalokasikan anggaran untuk kemajuan pendidikan, salah satunya adalah mendorong tumbuh kembangnya perpustakaan. Dana Desa yang digelontorkan oleh pemerintah pusat juga bisa diakses untuk membuat perpus.

CSR

Corporate Social Responsibility (CSR) adalah kontribusi atau bentuk tanggung jawab sosial sebuah organisasi maupun perusahaan terhadap seluruh pemangku kepentingannya (konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan) yang mencakup aspek ekonomi, pendidikan, sosial, dan lingkungan. Dana CSR biasanya juga bisa dialokasikan untuk kegiatan-kegiatan positif seperti pembiayaan kegiatan di perpustakaan. Kamupun juga bisa mengajukan permohonan dana CSR ke perusahaan disekitarmu.

Donatur

Orang-orang yang sukses diperantauan, para pekerja yang memiliki kesadaran akan pentingnya pendidikan masyarakat, dan mereka yang memiliki dana untuk kegiatan sosial, bisa kamu libatkan untuk menjadi donatur tetap/tidak tetap dalam menyelenggarakan berbagai kegiatan.

Sponsorship

Tak ada salahnya ketika kamu membuat sebuah program kamu melibatkan sponsor. Sponsor biasnya bisa memberikan dana segar, barter promosi (media partner), memberikan produk, ataupun dalam bentuk kerjasama lainnya. Buatlah program yang menarik, ajukan proposal sponsorship kepada perusahaan-perusahaan swasta maupun BUMN.

***

Semoga Sukses..!!